Monday, June 14, 2010

Ilmu membangun bangsa

Peran Pendidikan dalam Membangun Bangsa

September 4, 2009 at 10:36 am (Pendidikan)
Tags: Pendidikan, peran pendidikan dalam membangun bangsa

Tidak ada kegiatan bangsa yang lepas dari peran pendidikan. Bahkan dalam banyak hal peran pendidikan sangat menentukan untuk dapat melakukan kegiatan yang bermutu. Sebab itu setiap bangsa menjadikan pendidikan kegiatan utama dalam mengusahakan kemajuannya. Dengan mengusahakan kemajuan sekali gus dibangun kekuatan bangsa itu.

Sebab utama mengapa pendidikan berpengaruh terhadap setiap kegiatan bangsa adalah karena faktor manusia. Hampir tidak ada kegiatan bangsa yang tidak memerlukan peran manusia. Bahkan peran manusia sangat menentukan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan itu, juga ketika terjadi kemajuan teknologi yang amat pesat. Dalam kemajuan teknologi itu banyak pekerjaan manusia dapat digantikan oleh peran mesin atau robot. Meskipun demikian, juga penggunaan mesin dan robot itu banyak ditentukan peran manusia. Malahan diperlukan peran manusia yang makin cerdas dan arif bijaksana. Faktor manusia juga amat penting bagi bangsa dalam memperkuat kondisi mentalnya. Meskipun ada yang berpendapat bahwa Nation State atau Negara-Bangsa berakhir eksistensinya dalam masa globalisasi sekarang ini, dalam kenyataan tetap Negara-Bangsa menjadi aktor utama dalam arena dunia. Untuk itu peran nasionalisme tetap penting yang amat tergantung dari sikap warga bangsa itu. Melalui pendidikan pula dapat dan harus ditumbuhkan kondisi mental para warga bangsa itu, khususnya semangat nasionalisme yang kuat. Namun pembangunan manusia tidak hanya untuk kepentingan bangsa. Pembangunan manusia juga dan terutama untuk kepentingan manusia itu sendiri.

Perjuangan kita sejak permulaan abad ke 20 dan sebelumnya adalah untuk menjadikan Manusia Indonesia mahluk yang bermartabat dan tidak kalah dari manusia lainnya, terutama dari bangsa-bangsa yang sudah maju. Kita ingin agar Manusia Indonesia cerdas, mempunyai perasaan yang halus dan peka, sehingga dapat menghasilkan kehidupan yang bermakna. Malahan kita ingin Manusia Indonesia lebih dari itu, kalau kita perhatikan kelemahan-kelemahan yang masih ada pada bangsa kita.

Salah satu kelemahan Manusia Indonesia adalah kecenderungan menjadi manja karena hidup dalam Alam yang serba murah dan mudah. Akibatnya adalah bahwa berbagai potensi positif yang dimiliki Manusia dan Alam Indonesia tidak dapat berkembang secara wajar untuk kepentingan Indonesia sendiri. Kelemahan ini cenderung membuat kondisi mental yang kurang kuat, mudah menyerah dan mencari jalan termudah yang belum tentu memberikan penyelesaian terbaik. Energi yang kurang dapat dikembangkan Manusia Indonesia yang manja itu juga berakibat kurang kuatnya karakter. Antara lain itu menonjol dalam kenyataan bahwa Manusia Indonesia pandai membuat teori dan konsep, tetapi kurang sekali dalam implementasi teori dan konsep itu karena kurang kuatnya komitmen. Juga lemahnya disiplin adalah akibat kelemahan ini, disertai kurang ada niat untuk menghasilkan yang terbaik dalam berbagai perbuatan. Tidak jarang pekerjaan dilakukan dengan “asal jadi”. Juga nampak sekali sekarang betapa rendahnya semangat nasionalisme di banyak kalangan di Indonesia, jauh lebih rendah dari semangat nasionalisme di Vietnam, Thailand dan Singapura. Kelemahan yang amat mendasar ini harus dapat kita atasi dan perbaiki kalau kita ingin Indonesia menjadi negara dan bangsa yang selamat, maju dan sejahtera.

Untuk mewujudkan Manusia Indonesia yang kuat menghadapi Alam yang mudah dan murah diperlukan pendidikan. Dengan pendidikan kita transfer dan tumbuhkan pada Manusia Indonesia nilai-nilai, kecerdasan dan kecakapan, serta sikap mental yang ulet dan tangguh tetapi juga perasaan yang halus.

Karena faktor manusia demikian penting dalam kehidupan bangsa, maka pendidikan menjadi amat menentukan perannya. Sebab partisipasi yang dilakukan manusia harus bermutu agar memberikan hasil semaksimal mungkin.. Maka agar partisipasi manusia benar-benar bermutu, ia harus memperoleh pendidikan yang diperlukan.

Sudah lampau masanya bahwa manusia secara alamiah dapat tumbuh menjadi manusia bermartabat, manusia yang melakukan pekerjaan dalam masyarakat secara efektif. Manusia harus dibantu untuk memahami dan meraih berbagai nilai kehidupan yang menjadikannya bermartabat. Selain itu ia harus disiapkan untuk melakukan berbagai pekerjaan yang dihadapi.

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menyampaikan kepada orang atau pihak lain segala hal untuk menjadikannya mampu berkembang menjadi manusia yang lebih baik, lebih bermutu, dan dapat berperan lebih baik pula dalam kehidupan lingkungannya dan masyarakatnya. Hal yang disampaikan itu meliputi sistem nilai, pengetahuan, pandangan, kecakapan dan pengalaman. Makin baik penyampaian itu, makin besar kemungkinan manusia menjadi bermartabat. Dan makin baik perannya dalam kehidupan lingkungan dan masyarakatnya. Itu juga menjadi persiapan yang baik untuk menghadapi pekerjaan dan kehidupan, menjadikan manusia makin mampu melakukan pekerjaannya.

Penyampaian itulah yang dilakukan pendidikan, baik secara mental, intelektual maupun fisik. Dapat dikatakan bahwa pendidikan itu harus selalu bermutu karena pendidikan yang tidak bermutu tidak ada manfaatnya sama sekali. . Bahkan pendidikan yang tidak bermutu dapat berakibat sebaliknya dengan menghasilkan manusia asosial, manusia yang menjadi ancaman bagi kehidupan. Pendidikan yang tidak bermutu juga tidak dapat menyiapkan manusia secara baik dan benar untuk melakukan pekerjaannya. Ini berarti bahwa pendidikan yang tidak bermutu bukanlah pendidikan. Hal ini seringkali kurang diperhatikan orang-orang yang menjalankan fungsi pendidikan.

Agar dapat menjalankan sesuatu dengan baik, manusia dipengaruhi oleh faktor mentalnya, faktor inteleknya dan faktor fisiknya. Sebab itu pendidikan harus selalu mengandung aspek mental, aspek intelektual dan aspek fisik yang diusahakan dalam harmoni satu sama lainnya.

Pada dasarnya pendidikan dilakukan di lingkungan keluarga, dalam masyarakat dan melalui sistem sekolah. Karena setiap manusia bermula kehidupannya dengan dilahirkan ibunya dalam lingkungan keluarganya, maka dapat dikatakan bahwa Pendidikan di Lingkungan Keluarga menjadi landasan segenap usaha pendidikan sepanjang hidup manusia. Celakalah satu bangsa yang tidak dapat menjaga kehidupan keluarga yang teratur.

Pendidikan di Lingkungan Keluarga sebagai landasan kehidupan bangsa.

Pendidikan sudah harus dimulai sejak bayi masih dalam kandungan. Berbagai usaha dilakukan agar dapat dikomunikasikan kepada si calon bayi hal-hal yang menjadikannya nanti manusia yang baik dan bermutu. Dalam kebudayaan lokal di Indonesia, seperti di Jawa, ada tradisi berupa macam-macam upacara untuk melakukan komunikasi itu.

Setelah lahir bayi perlu diurus dengan sebaik-baiknya agar tetap hidup. Pemberian air susu ibu atau ASI merupakan hal yang penting dan diakui manfaatnya oleh ilmu pengetahuan. Selain ASI penting dilihat dari sudut makanan dan fisik bayi, pemberian ASI juga ada hubungannya dengan faktor mental, seperti penanaman disiplin pada bayi. Seperti memberikan ASI pada waktu tertentu dan tidak sembarang waktu, umpama saja untuk menghentikan bayi menangis. Dengan tumbuhnya kebiasaan tentang waktu menerima ASI dan tidak pada waktu lain pada bayi terwujud kebiasaan mengikuti aturan orang lain. Demikian pula keteraturan waktu dan cara mandi menimbulkan pada bayi dasar untuk hidup teratur nanti.

Makin tumbuh besar bayi itu makin banyak hal yang dapat dilakukan untuk penyampaian nilai kehidupan. Juga makin banyak hal dijadikan pengetahuan bayi agar daya pikirnya makin aktif. Yang amat penting adalah cinta kasih ibu karena hal itu menimbulkan rasa aman bagi bayi yang kemudian dapat menjadi rasa percaya diri yang wajar. Akan tetapi tidak boleh ada tindakan yang bernada memanjakan. Tidak ada hal yang lebih merusak masa depan anak dari pada pemanjaan. Sebaliknya bayi “ditantang” melakukan hal-hal baru, seperti berani naik tangga ketika sudah dapat berjalan dan tidak digotong ibu. Diberikan kesempatan untuk banyak bermain, sebaiknya bersama-sama anak yang sebaya. Sebab itu adalah baik sekali kalau pada umur 3 tahun anak sudah masuk dalam kelompok main (play group) agar mulai membiasakan diri bergaul dengan anak lain. Dalam permainan diberikan kebebasan melakukan banyak hal, termasuk mencoret-coret gambar untuk menyatakan perasaannya. Di rumah disiplin dipelihara terus, sehingga anak menyadari bahwa kasih sayang tidak berarti membolehkan segala kemauan anak. Anak mulai tahu bahwa ia bebas berbuat tetapi selalu dalam batas tidak mengganggu ketertiban keluarga dan tidak merugikan pihak lain. Dengan begitu sudah mulai kecil dibangun kekuatan mentalnya. Anak dibiasakan untuk selalu mengusahakan yang terbaik.

Makin besar anak, makin banyak pengetahuan disampaikan kepadanya dan makin banyak kemampuan ditumbuhkan. Bersama itu anak diberi tanggungjawab yang harus dilaksanakannya. Seperti membereskan tempat tidur sendiri, turut mengatur dan membersihkan rumah, membantu dalam asah-asah piring sehabis makan, dan lainnya. Anak harus memperoleh kesadaran bahwa ia mempunyai tempat dan fungsi dalam rumah tangga yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia bermain-main di luar rumah. Namun segala tanggungjawab itu harus disertai kegembiraan sehingga tidak dirasakan sebagai beban yang memberatkan hidupnya. Juga mulai ditumbuhkan rasa cinta Tanah Airnya melalui cerita, wejangan orang tua dan ajakan wisata untuk mengenal Tanah Airnya lebih baik.

Kebiasaan memperoleh kasih sayang ibu dan bapak membuat anak juga sanggup memberikan kasih sayang kepada orang lain, baik kepada saudara-saudaranya sendiri maupun kepada orang lain di luar keluarganya.

Dalam pada itu anak sudah mulai mengikuti pendidikan sekolah, dimulai dengan Taman Kanak-Kanak, kemudian ke SD dan SMP. Bersamaan dengan itu pengetahuannya makin bertambah dan timbul dorongan untuk tahu lebih banyak menjadi makin kuat. Sebab itu di rumah anak dilayani dengan semestinya kalau mengajukan pertanyaan. Anak bahkan didorong agar belajar yang baik di sekolah dan kalau perlu dibantu ketika menghadapi pelajaran sekolah yang dianggap sukar oleh anak. Anak didorong untuk berbuat paling baik, berprestasi dalam apa pun yang dikerjakan. Juga makin disadarkan kebangsaannya melalui ulasan mengenai keadaan bangsa dan kelilingnya. Sebaliknya, kalau menunjukkan sikap malas dan ogah-ogahan perlu dicari sebabnya mengapa demikian. Dengan begitu anak diusahakan menjadi orang yang dinamis tapi stabil pikiran dan perasaannya. Ketika mulai timbul perasaan asmara di masa pubertasnya, hal itu tidak dilarang. Melainkan ia diberi pedoman bagaimana menyalurkan perasaan itu dalam sikap dan perbuatan yang tidak merugikan dirinya. Dalam hal ini hubungan yang erat dengan ibu adalah amat penting.

Ketika sudah pada usia 16 tahun anak makin dipengaruhi untuk mengembangkan vitalitasnya dan menunjukkan prestasi dalam hal atau bidang yang ia sukai. Tauladan orang tua untuk anak adalah penting sejak anak kecil, tetapi terlebih penting ketika anak itu berumur 13-16 tahun dan makin kritis serta mampu membandingkan. Penyaluran emosi yang makin kuat perlu mendapat pedoman yang dikomunikasikan dengan baik sehingga dimengerti dan diterima anak. Kalau tidak, maka ia akan memberontak . Dialog antara anggota keluarga makin diperlukan. Ganjaran (reward) terhadap perbuatan yang menonjol dan unggul harus diberikan agar menstimulasi perkembangan lebih tinggi. Faktor patriotisme harus semakin menonjol dalam memotivasi dan mendorong perbuatan yang berprestasi.

Ketika menginjak umur dewasa di atas 18 tahun pendidikan dalam keluarga pada dasarnya telah berakhir. Anak telah menjadi manusia dewasa. Makin banyak pendidikan diperolehnya dari luar keluarga, baik dalam masyarakat maupun di lembaga pendidikan. Meskipun begitu harus terus dipelihara hubungan orang tua dan anak yang dilandasi kasih sayang, tauladan yang tepat dan komunikasi yang lancar untuk mendiskusikan segala hal yang dirasakan perlu oleh anak. Namun sekarang orang tua menempatkan diri sebagai penasehat anak dan membiasakan anak mengambil keputusannya sendiri. Ia harus mulai sadar bahwa baik buruk kehidupannya adalah di tangannya sendiri, sedangkan orang lain termasuk orang tua adalah penasehat. Dengan begitu akan timbul rasa tanggungjawab yang kuat dalam menentukan segala sesuatu dan ada kemampuan mengambil keputusan yang makin cermat.

Tanggungjawab atas Pendidikan Keluarga

Pendidikan dalam Keluarga adalah tanggungjawab orang tua, dengan peran Ibu lebih banyak. Karena Ayah biasanya pergi bekerja dan kurang ada di rumah, maka hubungan Ibu dan anak lebih menonjol. Meskipun begitu peran Ayah juga amat penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman, terutama soal cinta Tanah Air dan patriotisme. Kalau anak sudah mendekat dewasa peran Ayah sebagai penasehat juga amat penting, karena dapat memberikan aspek berbeda dari yang diberikan Ibu. Oleh karena hubungan Ayah dan anak relatif terbatas waktunya, terutama di hari kerja, maka Ayah harus mengusahakan agar pada hari libur memberikan waktu lebih banyak untuk berhubungan dengan anak.

Makin banyaknya jumlah Ibu-bekerja (working mother) menimbulkan persoalan tidak sedikit bagi pendidikan anak. Sebaliknya, kalau penghasilan keluarga tergantung pada penghasilan Ayah saja yang kurang memadai untuk kehidupan keluarga, juga akan timbul persoalan pendidikan yang tidak sedikit. Sebab itu gejala yang makin meluas tentang Ibu-bekerja tidak harus ditolak, tetapi dicari jalan agar tidak terjadi kekurangan yang fatal untuk pendidikan. Salah satu cara adalah kehadiran nenek di lingkungan keluarga. Juga penempatan anak dalam lembaga Penitipan Anak ketika anak itu masih kecil merupakan cara yang tidak salah, asalkan diketahui bahwa penyelenggaraannya dilakukan oleh orang-orang yang dapat dipercaya. Meskipun demikian, para Ibu-bekerja harus selalu mengusahakan waktu maksimal untuk dapat berhubungan dengan anaknya.

Ada pendapat berbeda tentang pendidikan dalam keluarga, yaitu tentang pemberian kebebasan kepada anak. Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya sejak permulaan diberikan kebebasan maksimal kepada anak. Dalam hal ini faktor pendidikan kepada anak sudah berakhir sebelum anak itu dewasa. Pendapat demikian terutama banyak ditemukan di Amerika Serikat yang kuat menganut prinsip liberalisme. Pendapat ini menganut sikap bahwa berbagai larangan dan pedoman kepada anak hanya menimbulkan keterbatasan pada anak untuk mengembangkan dirinya secara wajar. Dengan begitu potensi dan bakat anak tidak dapat berkembang menjadi kekuatan nyata.

Mungkin saja pendapat liberal ini baik untuk anak Amerika, tetapi dalam kebudayaan Timur dan khususnya Indonesia yang memandang kebersamaan sebagai sumber kebahagiaan, rupanya sikap liberal itu kurang cocok. Mungkin hanya cocok bagi keluarga yang begitu kebarat-baratan (westernized) sehingga sudah kehilangan akarnya pada kebudayaan bangsanya sendiri. Toh dalam kenyataan terbukti bahwa keluarga yang menerapkan pendidikan keluarga dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang tidak kalah mutunya dalam kehidupan dari pribadi hasil pendidikan liberal. Hal itu cukup banyak dibuktikan oleh orang-orang Jepang yang bergulat dalam berbagai bidang dengan orang Amerika, termasuk dalam ilmu pengetahuan, bisnis, olahraga dan lainnya.

Pendidikan dalam Keluarga dapat memberikan pengaruh besar kepada karakter orang. Sebab itu kunci utama untuk menjadikan Manusia Indonesia tidak manja dan hidup energik terletak dalam pendidikan dalam keluarga. Kalau kita membaca pernyataan berbagai pemimpin besar dunia, maka banyak di antara mereka memberikan nilai penting kepada pendidikan dalam keluarga. Juga ada yang menyebutkan pengaruh kuat dari Kakek atau Nenek. Antara lain Bung Karno selalu mengagungkan pengaruh Ibu. Juga Ki Hadjar Dewantara mengemukakan pentingnya Pendidikan dalam Keluarga.

Dan karakter yang ditumbuhkan adalah faktor yang amat penting dalam kepribadian orang, karena banyak mempengaruhi prestasi dalam berbagai bidang. Baik itu bagi pemimpin masyarakat, olahragawan, kaum bisnis maupun para pendidik sendiri. Ilmu pengetahuan dan kemampuan teknik adalah penting bagi pencapaian keberhasilan, tetapi tidak akan mampu mencapai hasil maksimal kalau tidak disertai karakter. Kita melihat sekarang keadaan masyarakat Indonesia yang prestasinya tidak sebanding dengan kemampuan teknik dan penguasaan ilmu pengetahun. Hal itu terutama karena pada waktu ini faktor karakter kurang menjadi perhatian dalam penyelenggaraan pendidikan. Rendahnya patriotisme adalah gambaran lemahnya karakter bangsa. Ini semua harus menjadi salah satu hasil penting usaha pendidikan bangsa, baik dalam pendidikan dalam keluarga, pendidikan sekolah maupun pendidikan dalam masyarakat. Akan tetapi karena pendidikan pada anak paling dulu dilmulai dalam pendidikan dalam keluarga, maka pendidikan dalam keluarga yang seharusnya memberikan landasan yang kemudian diperkuat dan dilengkapi dalam pendidikan sekolah dan pendidikan dalam masyarakat.

Sudah amat perlu diadakan seruan, ajakan dan pemberian tauladan kepada para orang tua untuk memperhatikan pendidikan yang harus mereka lakukan dalam keluarga. Mungkin sekali banyak di antara para orang tua merasa kurang mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Maka sangat penting Pemerintah atau organisasi lain mengeluarkan Buku Pedoman yang dapat menjadi pegangan bagi para orang tua dalam melaksanakan pendidikan dalam keluarga. Akhirnya memang tergantung pada para orang tua sendiri apakah pedoman itu dilaksanakan atau tidak. Akan tetapi karena secara alamiah orang tua ingin anaknya baik dan sukses, maka besar kemungkinan mayoritas orang tua akan berusaha menerapkan pedoman itu dalam hidup mereka.

Sumber: http://priendah.wordpress.com/2009/09/04/peran-pendidikan-dalam-membangun-bangsa/

Sunday, May 9, 2010

Ibu...

Berlari kejar mimpi



Ku langkahkan kaki ini
Di hangat mentari pagi
Ku syukuri hari ini, aku masih berdiri

Dan aku tinggalkan masa kelabu
Dan lalu mulakan jalannya kerna-Mu

Semangat optimis diri jalan hari dengan pasti
Selama jantung berdetak, selama itupun

Takkan berhenti berlari wujudkan mimpi
Terus berlari agar hidup ini bererti

Terjatuh bangkit aku kembali
Susah payah aku tak peduli
Kerna hidup hanya sekali

Akbar:
Dengarkanlah teman seloka hiburan
Tak perlulah kita asyik nak berlawan
Kita semua kawan tak boleh berlawan
Kalau kita renggang kita ketinggalan

Bebaskan dirimu dari dibelenggu
Teruskan langkahmu ayuh kita maju
Mari bersamaku nyanyi lagu ini
Jangan difikirkan resah yang di hati

Semua itu hanya dimindamu
Tak perlu kau sangsi tak perlu kau ragu
Segala-galanya pastikan berlalu
Mentari kan muncul mendung kan berlalu

Cat Farish:
Suka duka perkara biasa
Kita pasti lalu bezanya pada waktu
Bila berlari kenalah berstrategi
Jangan ikut hati, ikut hati nanti mati
Biarlah terlambat atur jalan cermat
Pelan-pelan kayuh jangan sampai otak penat
Sentiasa bawa diri hati-hati hari-hari beri erti pada diri
Jangan berhenti kejar mimpi senyuman diberi tanpa semua benci menghantui hati
Biarkan saja, takdir semua nyata
Bersyukurlah masih lagi bernyawa

Firdaus:
Dan aku tinggalkan masa kelabu
Takkan berhenti berlari wujudkan mimpi
Terus berlari agar hidup ini bererti

Takkan berhenti
Berlari wujudkan mimpi
Terus berlari
Agar hidup ini bererti

Takkan berhenti berlari wujudkan mimpi
Berlari..

Friday, May 7, 2010

Hari itu pastikan tiba...

Jika dilihat pada segala macam peristiwa2 yang tidak enak didengar di sekeliling... buang anak, penindasan, pembunuhan, kekejaman, penganiayaan dan segala macam lagi, diri terasa seperti berputus asa. Namun... apabila teringat semula firman dari Pencipta, terubat semula hati yang gundah-gulana...

"Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal soleh dari kalangan kamu (wahai umat Muhammad) bahawa Ia akan menjadikan mereka khalifah-khalifah yang memegang kuasa pemerintahan di bumi, sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka: khalifah-khalifah yang berkuasa; dan Ia akan menguatkan dan mengembangkan ugama mereka (ugama Islam) yang telah diredhaiNya untuk mereka; dan Ia juga akan menggantikan bagi mereka keamanan setelah mereka mengalami ketakutan (dari ancaman musuh). Mereka terus beribadat kepadaKu dengan tidak mempersekutukan sesuatu yang lain denganKu. Dan (ingatlah) sesiapa yang kufur ingkar sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang derhaka." (Surah An-Nur (24) : Ayat 55)

Petikan artikel Millenia Muslim, April 2010.

Pada tahun 2008, seramai 50 juta Muslim berada di Eropah dan menjelang 2050, Eropah bakal bertukar menjadi benua Islam dan boleh menguasai keseluruhan komposisi penduduk dunia. Di Amerika Syarikat pula, dalam tempoh 30 tahun saja, 50 juta umat Islam dijangka menetap di negara itu.

Adakah dengan peningkatan kadar kelahiran sahaja maka tamadun Barat boleh diambil alih oleh blok tamadun Islam? Adakah dengan ramainya manusia beragama Islam boleh menghapus terus ideologi, tamadun dan rangka sosial Barat yang terbina sekian lamanya?

Pengurusan umat Islam yang berpegang teguh pada tiang agama, berilmu tinggi, memiliki kemahiran dari pelbagai aspek, berani dan kompetitif adalah syarat utama jika proses pengambil alihan tamadun mahu menjadi kenyataan.Hari ini juga ternyata antara faktor yang menyebabkan umat Islam mundur dan tidak mampu menawarkan CARA HIDUPNYA sebagai SUMBER IKUTAN ORANG LAIN adalah wujudnya ilmu yang berpecah dua antara ilmu mengurus diri dan ilmu mengurus sistem.

Jika pihak Israel bersiap sedia dengan peralatan perang semata-mata kerana percayakan hadis Gharghad oleh Rasulullah SAW, mengapa pula umat Islam tidak?

Persiapan perang bukan sekadar untuk melaksanakan aggressive action yang dilarang dalam perjanjian Geneva, sebaliknya persiapan kekuatan angkatan perang yang FAHAM NILAI ISLAM serta jauh dari SIKAP KORUPSI yang menjadi barah dalam ketenteraan negara umat Islam.

-----------------------------------------------

InsyaAllah... pasti akan tiba juga satu hari nanti di mana bumi akan ditadbir dengan penuh sejahtera semula... amin.

Thursday, May 6, 2010

What they see what they follow

Pertama kali menonton video ini adalah ketika ditunjukkan oleh penceramah bagi tajuk yang berkaitan dengan contoh teladan atau Qudwah Hasanah.



Sumber: www.singlebabies.com



Sumber: Google YouTube



Sumber: www.childfriendly.org.au

Antara isi ceramah tadbir urus yang baik...

Menurut Imam Ghazali ada 4 tahap yang membentuk keperibadian seseorang.

1. Seeing
2. Imitate
3) Knowing
4) Attitude @ Akhlak

1) Seeing
Pada ketika bayi, mereka melihat sekeliling mereka dan merakam di dalam memori mereka tanpa memahami kebaikan atau keburukan sesuatu perbuatan yang dilihat itu.

2) Imitate
Apabila memasuki alam kanak-kanak, mereka akan meniru sahaja segala perbuatan yang telah mereka rakam di dalam memori ketika masih bayi dahulu.

3) Knowing
Kalaupun mungkin mereka dapat membezakan perbuatan baik dan buruk pada fasa remaja ini, ada kemungkinannya mereka tetap lebih cenderung ke arah melakukan perbuatan yang sudah sebati dalam kehidupan mereka sejak kecil walaupun mereka sedar perbuatan itu tidak elok.

4) Attitude @ Akhlak
Segala apa yang diamalkan dalam kehidupan itulah yang akhirnya akan membentuk keperibadian mereka...

Iktibar dari Nanny 911...

Suci sekeping hati

Lagu ni banyak memberi semangat pada satu ketika dulu, kini dan selama-lamanya. InsyaAllah ada ganjaran mereka yang berdakwah melalui lagu-lagu ni kerana ada kesannya kepada yang mendengar termasuk saya.



Sekeping hati dibawa berlari
Jauh melalui jalanan sepi
Jalan kebenaran indah terbentang
Di depan matamu para pejuang

Tapi jalan kebenaran
Tak akan selamanya sunyi
Ada ujian yang datang melanda
Ada perangkap menunggu mangsa

Akan kuatkah kaki yang melangkah
Bila disapa duri yang menanti
Akan kaburkah mata yang meratap
Pada debu yang pastikan hinggap

Mengharap senang dalam berjuang
Bagai merindu rembulan di tengah siang
Jalannya tak seindah sentuhan mata
Pangkalnya jauh hujungnya belum tiba

Suci Sekeping Hati
Album : Kembara Cinta
Munsyid : Saujana
http://liriknasyid.com

Wednesday, May 5, 2010

Inilah lukisan alam...



Hidup tidak selalunya indah
Langit tak selalu cerah
Suram malam tak berbintang
Itulah lukisan alam
Begitulah aturan Tuhan
Jadilah rumput nan lemah lembut
tak luruh dipukul ribut
Bagai karang didasar lautan
Tak terusik dilanda badai
Dalam sukar… hitunglah kesyukuranmu
Dalam senang… awasi kealpaanmu
Setitis derita melanda
Segunung KurniaanNya
Usah mengaharpkan kesenangan
Dalam perjuangan perlu pengorbanan
Usah dendam berpanjangan
Maafkan kesalahan insan
Dalam diam… taburkanlah baktimu
Dalam tenang… buangkanlah amarahmu
Suburkanlah sifat sabar
Dalam jiwamu itu
Di dalam jiwamu itu

Wednesday, April 14, 2010

Satu... Dua... Tiga... Empat...



satu...
kasih nan abadi
tiada tandingi Dia yang Satu

dua...
sayang berpanjangan
membawa ke syurga kasihnya IBU

tiga...
lapar dan dahaga
rela berpayahan setianya AYAH

empat...
mudah kau ketemu
berhati selalu beza antara
kasih dan kekasih

ibu...
ku ingat dahulu
menyisir rambutku kemas selalu

ayah...
menghantar ke sekolah
bergunalah bila dewasa

sayang...
dengar lagu ini
untuk kau sandarkan buat pedoman

jangan...
manis terus ditelan
pahit terus dibuang
itu bidalan
harus kau renungkan....

Anak-anak Kita



Anak-anak kitakah yang berlari telanjang
Di bawah mentari sumbing
Sambil bernyanyi lagu
Ketakutan hari-hari ini

Anak-anak kitakah yang memikul beban
Kesilapan kita
Hingga dia tak kenal
Budaya canggung bangsa sendiri

Selamatkan anak kita
Dari padang jerangkap samar
Selamatkan anak kita
Orde baru politikus usang

Anak-anak kitakah yang bermain
Di hutan belukar
Dengan senapang kayu ubi
Cambah tak kenal bahaya

Anak-anak kitakah yang tak tahu nak pulang
Bila petang
kerana terlalu sibuk main lastik
Dan berpistolan
Pistol-pistolan

Jaga-jaga anak kita
Jangan sampai jadi hamba
Jaga-jaga anak kita
Kita ini orang merdeka

Panggillah mereka pulang
Ayah tak / nak ajar?
Tentang kurang ajar
Jadi mereka takkan sendiri lagi

Panggillah mereka pulang
Ayah tak / nak ajar?
Tentang kurang ajar
Jadi mereka takkan dimomok lagi

Fikir
Selamatkah kita di tangan tukang karut itu
Fikir
Selamatkah kita di tangan dalang wayang itu
Fikir
Selamatkah kita di tangan ahli koporat itu
Fikir
Selamatkah kita di tangan doktor jiwa itu
Fikir
Selamatkah kita di tangan pakar kitab itu
Fikir
Selamatkah kita di tangan tuhan-tuhan itu

Monday, February 22, 2010

Musibah keseronokan dunia!


LILY (kanan) membiarkan saja tindak tanduk bekas teman lelakinya kerana tidak mahu kehidupan rumahtangganya bergoncang.

“IA umpama malapetaka dalam hidup saya. Saya terpaksa mengorbankan hampir separuh gaji saya setiap bulan untuk diberikan kepada bekas teman lelaki.

“Jika saya lewat serahkan duit, dia mengugut akan menyebarkan gambar bogel dan rakaman aksi intim kami sewaktu bergelar kekasih, lima tahun lalu.

“Oleh kerana tidak mahu menanggung malu, saya terpaksa tunaikan permintaannya lebih-lebih lagi saya sudah bersuami sekarang,” ujar Lily, 27, wanita yang menjadi mangsa ugutan bekas teman lelakinya, R.

Sumber: Kosmo, 20 Jul 2009.

Alahai remaja...

Melihat pada senarai Orang Hilang di laman web PDRM, nampaknya hampir kebanyakan mereka yang hilang adalah terdiri dari anak-anak di dalam lingkungan umur belasan tahun...

Ada banyak kemungkinannya... sama ada mereka diculik atau mungkin juga atas kerelaan mereka sendiri kerana sudah kemaruk dengan cinta.



Betapalah kritikalnya kesan pada remaja berumur belasan tahun ini jika tidak dididik berpandukan pada agama dengan sempurna. Sesempurnanya...! Bukan tidak banyak kisah-kisah mereka yang beragama Islam tetapi cara hidupnya menunjukkan sebaliknya... Kata orang, lebih keBARATan dari orang BARAT! Salah agamakah...??? Sesungguhnya yang baik itu datangnya dari Allah, segala kekurangan adalah kerana kelemahan diri sendiri. Ada yang berusaha untuk berubah, tak kurang juga yang hidup berpoya-poya, mati tak ingat! Wahai diri ini... muhasabah...

Betapa saya bersyukur kerana termasuk dalam golongan remaja yang berjaya melepasi segala tipu daya dan rengekan manja nafsu pada ketika itu... Syukur... syukur... syukur... manakan tidak... kerana saya juga pernah menempuh usia seperti anak-anak remaja itu dan memang bukan mudah untuk mengelakkan sesuatu yang menyeronokkan dan mengasyikkan... keseronokan dunia! :|

Firman Allah swt...
"Katakanlah keseronokan dunia ini hanya sebentar sahaja, manakala akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa." (Surah An Nisa:77)

Firman Allah swt lagi...
"Apa yang ada pada kamu itu akan berakhir manakala yang di sisi Allah akan tetap kekal." (Surah An Nahl:96)

Rasulullah pernah bersabda...
Barang siapa hidup sebok memikirkan (laba) dunia maka nescaya Allah menyimpang perenangkan hidupnya Allah memporak-perandakan hartanya. Ia sentiasa akan merasa miskin (tidak puas-puas). Akan tetapi dunia tidak diperolehinya melainkan kadar yang telah ditentukan (oleh Allah). Barang siapa hidup mencari akhirat nescaya Allah bulatkan hatinya, Allah melindungi hartanya dan Allah jadikan hatinya sentiasa kaya manakala dunia pula akan diperolehinya dengan bersahaja.

Atau mungkin juga disebabkan suasana tegang di rumah mereka sendiri??? Wahai diri ini, teruslah bermuhasabah...

Obsesiku...

Adakalanya terasa seperti hilang fokus pada sesuatu perkara yang ingin dilakukan. Mungkin banyak sangat perkara yang nak dilakukan dalam satu-satu masa.

Antara yang dicita-citakan untuk dilaksanakan...
1) Nak bergerak aktif dengan kerja-kerja sukarelawan untuk kempen "Anda Bijak Jauhi Zina".
2) Memahami dengan lebih mendalam sistem yang diuruskan di pejabat walaupun di level sekarang saya perlu banyak mengasah skill pengurusan dan memotivasi orang lain. alahai... diri sendiri juga perlu dimotivasi adakalanya. :)
3) Menjalankan perniagaan Internet.

InsyaAllah semua ni dapat dilaksanakan dengan baik jika pandai menyusun waktu dengan baik. Setiap manusia sama saja diberikan peruntukan masa 24 jam sehari. Semuanya bergantung pada diri kita sendiri untuk memanfaatkan setiap saat yang diberikan Allah itu. Itulah yang akan cuba dilakukan setiap hari. Moga hari ini lebih baik dari semalam. Dan esok lebih baik dari hari ini.

Kenapa saya peduli?

Kebelakangan ni, heboh lagi terpampang di tv dan surat khabar tentang kisah-kisah buang anak. Yang paling melampau... bayi yang dibuang di dalam tong sampah dan dibakar! Allah... :(

Walaupun saya akui saya seorang yang agak tegas dalam mendidik anak, jiwa saya sebenarnya sangat mudah cair dengan anak-anak. Melihat wajah bayi-bayi yang dianiaya dengan begitu kejam membuatkan saya berfikir panjang. Apakah yang dapat saya sendiri lakukan dalam membantu menangani masalah sosial begini? Alhamdulillah dalam pencarian saya, saya telah terjumpa dengan blog Raudhatus Sakinah yang secara proaktif menyumbangkan tenaga dalam kempen mereka yang saya rasakan satu saluran yang sesuai dalam membantu menangani gejala tidak sihat ni.

Semoga gejala tidak sihat ini akan dapat dihapuskan terus dari bumi Malaysia yang tercinta ni... Amin...

Mari anak-anak



Pertama kali melihat video ini, dia terfikirkan sesuatu. Dia membayangkan jika salah seorang anak-anak comel yang menangis itu adalah anak-anaknya.

Sejujurnya dia berasa teramat sayu... walau apapun sebab tangisan mereka itu... sebagai ibu tentunya dia amat terharu... namun dia menjadi lebih sayu apabila mengenangkan betapa besarnya kesalahannya sebagai seorang ibu jika tidak dapat membimbing mereka ke jalan menuju Syurga...
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati (amanah) Allah dan RasulNya dan (janganlah) kamu mengkhianati amanah-amanah kamu, sedang kamu mengetahui (salahnya mengkhianati amanah itu).” (Surah Al Anfal: 27)

Betapa dia insaf... Dia merasakan dia masih tidak menjadi seorang ibu yang terbaik untuk mereka... tapi dia memang sayangkan mereka... Sungguh...! Demi mereka dia akan terus berusaha... "Mari anak-anak mama, kita pegang tangan bersama-sama... Kita ikut jalan yang lurus itu!"
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharakanlah dirimu dan keluargamu dari azab api neraka, yang bahan bakarnya adalah terdiri daripada manusia dan batu, penjaga-penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak menderhakai ALLAH terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Surah At-Tahrim: 6)


Remaja & budaya hedonisme

Hedonisme – berasal dari perkataan Yunani iaitu hedon yang bermaksud "keseronokan".

Dari pengamatan penulis, budaya ini dilihat menepati strategi-strategi yang dirancang di dalam protokol-protokal Zionis seperti yang tercatat di bawah ini.

Protokol Keempat
Bangsa Yahudi mestilah menghapuskan segala bentuk kepercayaan agama serta mengikis daripada hati orang bukan Yahudi prinsip ketuhanan dan menggantikannya dengan perkiraan ilmu hisab serta lain-lain keperluan kebendaan. Fikiran orang bukan Yahudi mestilah dialihkan ke arah memikirkan soal perdagangan dan perusahaan supaya mereka tidak ada masa untuk memikirkan soal-soal musuh mereka. Akhirnya segala kepentingan akan jatuh ke tangan Yahudi.

Protokol Kesembilan
Yahudi akan mendirikan kerajaan diktator dengan membuat dan melaksanakan undang-undang yang tegas, iaitu undang-undang yang akan membunuh tanpa pengampunan. Yahudi akan merosakkan moral pemuda-pemuda bukan Yahudi dengan menanamkan teori-teori palsu dan ilmu-ilmu yang batil.

Protokol Ketigabelas
Bagi memastikan kejayaan usaha-usaha memonopoli dan mempercepatkan proses keruntuhan, maka bangsa Yahudi hendaklah menghapuskan golongan korporat dari bukan bangsa Yahudi di samping mengadakan spekulasi dan menyebarkan projek mewah, pesta-pesta serta pelbagai bentuk hiburan lain di kalangan bangsa bukan Yahudi kerana semua ini akan menelan kekayaan mereka. Untuk mengalih perhatian orang bukan Yahudi daripada memikirkan persoalan politik, maka agen Yahudi hendaklah membawa mereka kepada kegiatan-kegiatan hiburan, olahraga, pesta-pesta, pertandingan kesenian, kebudayaan dan lain-lain lagi.

Nota:
Protokol Yahudi telah dibawa ke pengetahuan umum pada tahun 1901M, apabila seorang wanita Perancis telah mencuri naskhah protokol ini daripada seorang pemimpin tertinggi Freemasonary. Wanita tersebut telah mencurinya di akhir muktamar rahsia (Jewish Masonic Conspiracy) yang diadakan di Perancis.

Di dalam naskhah asalnya tidak digunakan kalimah “Yahudi” kecuali di dalam dua tempat sahaja. Ianya hanya menggunakan perkataan “Kita” dan “Orang bukan Yahudi”. Protokol-protokol ini telah diterjemahkan ke bahasa Arab oleh Ust Mohd Khalifah Attunisi di bawah tajuk “Protokol Hukama Sohyuni”.

Apa tujuan mereka? Tidak lain dan tidak bukan tentunya kerana hasrat tamak mereka yang ingin menguasai seluruh dunia melalui agenda New World Order mereka.

Adakah sesiapa yang dapat nafikan akan peranan penting generasi muda sebagai bakal pemimpin di masa hadapan? Seperti kata Imam Al-Ghazali "Sekiranya kamu ingin melihat masa depan sesuatu bangsa, maka lihatlah generasi mudanya." Dapatkah kita membayangkan bagaimana wajah-wajah kehidupan di dunia ini di masa hadapan jika generasi muda hari ini yang diharapkan bakal memimpin tetapi rosak pemikiran dan akhlaknya? Dengan terhasilnya generasi muda seperti ini akan melicinkan perancangan mereka untuk mengawal manusia yang telah berjaya mereka lalaikan dengan dunia keseronokan ini dengan mudah sahaja!

Lihat sajalah wajah-wajah generasi muda hari ni yang terumbang-ambing dan terjerumus di dalam gejala-gejala tidak sihat seperti seks di luar nikah, seks di luar tabii, ketagihan arak dan dadah, merempit dan terlalu tenggelam di dalam dunia keseronokan hiburan.

Bilakah agaknya kita semua pemimpin, ibu bapa malah anak-anak remaja itu sendiri akan tersedar? Tidakkah kita bimbang jika di atas kelewatan kita untuk sedar dan bertindak, segalanya telah terlambat! Atau mungkinkah juga protokol ketigabelas itu telahpun berjaya dilaksanakan ke atas diri kita sendiri? Tidakkah kita sedar atau mungkinkah kita tidak ambil kisahpun akan peperangan minda yang dilaksanakan ke atas diri kita. Sesungguhnya perang saraf ini lebih hebat kesannya dari perang fizikal yang melukakan dan mencederakan diri kita. Peperangan ini bukan lagi antara agama atau kaum atau negara tapi peperangan ini antara mereka yang bercita-cita besar untuk menguasai seluruh dunia dan mentadbir dunia mengikut kehendak nafsu mereka sendiri dan menjadikan yang lain-lainnya tunduk di bawah kekuasaan mereka. Sama-sama kita mengambil iktibar dan melihat dengan mata hati.

Firman Allah yang bermaksud: "Dan tidaklah penghidupan dunia itu melainkan permainan dan kelalaian. Dan sesungguhnya negeri akhirat adalah lebih baik bagi orang yang berbakti. Oleh itu tidakkah kamu mahu berfikir." (Surah Al-An'am, ayat 32)

Dunia ini diibaratkan sebagai permainan dan melalaikan. Permainan itu akan tamat apabila tiba masanya. Kesenangan dan kemewahan dalam erti kata sebenarnya ialah kesenangan dan kemewahan di akhirat yang kekal selama-lamanya.

Hal ini jelas daripada firman Allah yang bermaksud: "Dan sebutlah (ingatlah) nama Tuhanmu serta sembahyang. Tetapi kamu lebihkan penghidupan dunia, pada hal akhirat lebih baik dan lebih kekal." (Surah Al-A'la, ayat 15, 16 dan 17)

Saranan bacaan lanjut:
1) Ehoza.
2) Probiotik Team

ANTARA IMPIAN DAN KENYATAAN

Ketika lepas bebas di alam remaja
Impianku tidak mengenal batasan..
Aku ingin MENGUBAH DUNIA.

Bila usia meningkat dewasa
Dan aku semakin matang
Kusedari…
Rupanya dunia tidak akan berubah
Lalu aku bataskan jangkauan..
Memadailah jika..
Aku dapat MENGUBAH NEGARA
Namun ini juga tidak kesampaian.

Di usia senja..
Pilihan terakhirku ialah..
Untuk MENGUBAH KELUARGA
Dan mereka yang terdekat
Malangnya…
Mereka juga tidak mampu ku ubah.

Kini…
Di perbaringan menanti maut
Baru ku sedari..
(Mungkin buat kali pertama)
Andainya dahulu yang pertama ku ubah..
Adalah DIRI SENDIRI..
Dengan menunjukkan teladan yang baik
Pasti aku dapat MENGUBAH KELUARGA.

Lantas…
Dengan sokongan..
Dan dorongan semangat mereka
Aku pasti mampu MENGUBAH NEGARA.

Dan siapa tahu…
Mungkin juga…
AKU MAMPU MENGUBAH DUNIA!

ABU SAIF
www.saifulislam.com

Wednesday, January 27, 2010

Ulama & Penjenayah Dibentuk Dari Rumah

Minggu lalu, ketika menjamah makanan makan malam di sebuah restoran semasa dalam perjalanan ke airport, rakan-rakan yang bersama menghantar saya berbicara berkenaan pelbagai isu. Hj Rosman kemudian menzahirkan kebimbangan beliau berkenaan kes jenayah yang wujud di Malaysia. Kes-kes sedemikian agak kurang berlaku di Bahrain.

Natijah dari kebimbangan tersebut, beliau bertanya

"pada pandangan ustaz, macam mana cara untuk selesaikan masalah ini"

Saya berfikir sejenak, sudah tentulah jawapan paling mudah bagi seorang ustaz adalah berkata

"kita kena kembali kepada Islam"

Tetapi disebabkan jawapan itu terlalu umum, maka saya mengambil keputusan untuk tidak memberikan idea itu.

"Ia perlukan penyelesaian secara kolektif, semua pihak perlu ada kesedaran untuk merubah keadaan" demikian jawapan permulaan saya.

"Namun yang paling utama perlu berperanan, adalah ibu bapa atau keluarga"

Saya mengulang kembali ingatan sedih dan pedih kita kepada kes Al-Marhumah Nurin Jazlin yang dibunuh kejam dan masih gagal diselesaikan oleh pihak berkuasa Malaysia sehingga kini.

"Bukankah Nurin dibunuh oleh seorang manusia?, sudah tentunya manusia ini dilahirkan ke dunia oleh seorang ibu dan pastinya dia punyai bapa dan keluarga"

"Namun apakah yang menjadikannya sebegitu kejam?" saya menerang sambil mengajak berfikir.

Memang benar, pelbagai faktor menyumbang, namun bagi saya ia bermula dari hasil didikan pertama ibubapa, sesuai dengan apa yang disabdakan oleh nabi s.a.w

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya? (Riwayat Al-Bukhari & Muslim)

Sudah tentu juga ibubapa yang berperanan untuk mencorakkan seorang bayi sehingga menjadi seorang Muslim, mukmin yang bertaqwa.

Kita tidak nafikan faktor persekitaran yang sentiasa menghurungi anak-anak kita khususnya di sekolah, melalui internet, rakan-rakan, games, TV dan lainnya.

JANGAN DIDIK ANAK SECARA SPONTAN

Namun tidak boleh dinafikan, ibubapa mempunyai saham terbesar. Anak-anak adalah satu tugas terbesar buat ibubapa yang sering diabaikan. Sedangkan mereka semua adalah suatu aset dan ‘pelaburan' terpenting. Namun amat kerap mereka menjadi mangsa kurang teliti, kurang perhatian dan tiada perancangan jitu oleh sang ibubapa.

Akhirnya, sebuah aset yang ditangani secara lebih kurang akan menghasilkan hasil yang bukan lebih kurang juga, tetapi hasil lebih buruk malah membawa padah.

Memang benar, kegagalan merancang pendidikan anak-anak adalah sebuah kegagalan masa depan.

Ramai yang merasakan, pendidikan anak-anak boleh dibuat secara spontan, bergantung kepada hari dan masa. Dalam kata lain, bergantung kepada keadaan.

Hakikatnya, anak tidak boleh dididik secara spontan, ia memerlukan satu pelan perancangan khas untuk menjadikan lebih mudah dibentuk. Mendidik mereka seperti mengendalikan sebuah syarikat awam yang sentiasa memerlukan plan induk, teknik khas, contingency plan dan monitoring system.

Kerana itu kita perlukan seorang Chief Operating Officer (COO) untuk anak-anak. Menurut teori ideal Islam, COO yang paling ideal bagi pendidikan anak-anak adalah seorang IBU. Bapa bertindak sebagai Chief Executive Officer (CEO) yang mana,, ruang lingkup tugasan, peranan dan tanggungjawabnya lebih besar dan menyeluruh.

"Namun apabila hari ini kedua-dua ibubapa sibuk mencari nafkah, aset di rumah terabai dek kerana pendapatan RM 2,000 (purata) atau RM 5,000 sebulan si ibu"

Anak-anak diswastakan kepada nursery yang kurang pengalaman. Kurang penghayatan, kurang sensitiviti dan seumpamanya.

Kita boleh menghantar mereka ke pelbagai jenis kursus dan kem untuk menyuntik sesuatu, namun pokok pangkalnya tetap di atas bahu kita selaku ibubapa. Kalaupun anak telah berubah hasil tarbiyah di dalam kursus, mereka akan tetap melupakan nilai baik tersebut jika ibu bapa masih di takuk lama.

WAHAI IBUBAPA, HORMATI ANAKMU NESCAYA KAMU DIHORMATINYA

"Treat your child with respect" itu saranan Richard Templer, penulis buku parenting yang popular.

Saya amat selesa dengan saranan tersebut, seorang ibubapa yang bijak perlu mengendalikan dan melayan anak-anak mereka dengan penuh penghormatan. Kelak anak-anak akan mencontohi tatacara yang sama.

Biasanya apabila orang dewasa meminta bantuan seorang dewasa yang lain, mereka akan menggunakan bahasa yang sopan. Itu adalah kerana mereka sedar, yang diminta itu tidak mesti untuk membantu, kita perlukan ihsan mereka untuk membantu. Atas sebab itu, kata-kata sopan digunakan, demi memujuk dan mearih ihsan.

Bukankah elok jika cara yang sama untuk anak-anak kita, cuba kita jangan merasakan si anak sentiasa WAJIB untuk mematuhi arahan kita. Kelak nanti si anak apabila meminta kepada ibubapanya atau orang lain, dirasakan mereka semua wajib menurut arahannya.

Si anak juga kerap meminta ibubapanya, mainan itu dan ini. Namun sedikit yang diperolehi.

Maka si anak akan menghadapi kekeliruan.

"ibubapa minta, semua aku kena buat, aku minta, ibubapa tak buat semua pulak"

Lebih teruk dari itu, arahan dari ibubapa kerap dihamburkan dengan kata-kata perintah tanpa hormat dan pujukan serta ihsan. Contohnya:

"makan tu"

"Habiskan ini!"

"Pergi mandi!"

"Cepat masuk kereta!"

"Gosok gigi!"

"Kenapa sepah sangat ni, cepat bersihkan!"

"Heiii, kenapa buat macam tu!"

Itulah yang kerap dilaungkan oleh ibubapa, memekik melolong setiap pagi dan petang serta malam.

Setiap hari anak akan mendengar lolongan kuat menerjah telinga dan hatinya. Kalimah-kaalimah arahan dan larangan sebegitu sudah terlalu biasa, lali hingga ia menjadi masak dan sebati dek pemikiran dan hatinya.

Pada masa yang sama, kita akan dengar kedapatan ibubapa yang mengeluh kerana anaknya kurang beradab ketika remaja dan dewasa. Sedarkah bahawa si anak sebenarnya telah ‘berjaya'. Ya berjaya dalam mencontohi model yang diterapkan oleh ibubapanya sendiri. Namun kini ibubapa merasa sedih dan tidak selesa. Sedarkah ibubapa bahawa si anak yang dibesarkan sedemikian rupa menyangka itulah cara arahan dan permintaan yang terbaik. Bukankah itu yang ditunjukkan oleh ibubapa mereka?.

Justeru, lebih kasar sang ibubapa terhadap anaknya, akan kasar jualah anak terhadap ibubapanya dan orang lain, khususnya di ketika remaja dan dewasa. Malah lebih mendukacitakan, itulah cara yang akan dibawa ke sekolah, mempengaruhi kawan-kawan dan akhirnya menjadi penjenayah yang merasakan tindakannya ‘ok' atau tidak bersalah. Puncanya dari cara didikan dan layanan ibubapa yang kasar.

Patut kita sedari di awal bulan hijrah 1431 ini, bahwa anak layak mendapat sebuah penghormatan, semudah-mudah penghormatan adalah dengan memilih ayat dan kata-kata yang manis didengari, intonasi yang sedap didengar. Cuba tambah sikit sahaja sebagai contoh

"boleh tolong ibu ambilkan barang itu"

"Adik baikkan, tolong ummi kemaskan meja ini boleh?"

Dan pelbagai lagi bentuk ayat yang serupa dengannya.

Di samping itu, jangan sesekali memungkiri janji,, membohongi anak dan lain-lain kelakuan negaitf. Selain anak akan mengambil contoh, mereka juga akan merasa kurang penting berbanding yang lain.

TUNJUKKAN PERHARGAAN TERHADAPNYA

Juga menjadi kebiasaan ibubapa hari ini. Bangun sahaja anak dari tidur dan terus dia menghala ke dapur.

Ibu yang terlihat anak, ayat pertamanya :

"hah apa lagi tu, dah gosok gigi, pergi basuh muka dan gosok gigi!"

"Lepas tu pergi buat itu ini bla la bla"

"Mak boleh tolong angah buat kerja ini tak" pinta si anak lembut

"Ehhh nanti-nanti!, mak tengah sibuk goreng ayam ini" mungkin itu jawapan si ibu.

Terasa dalam hati si anak, dirinya ibarat tidak berharga, kemunculannya hanya bersedia untuk diarah dan ditengking.

Permintaan tidak banyak erti buat si ibu, ‘gorengan ayam lebih utama dari perminataannya.

Malah ketika pulang dari sekolah juga, ibubapa tidak menyambut tetapi dibiarkan anak begitu sahaja.

Tahap si anak ibarat sebuah perabot buruk dan pekakas rumah sahaja. Wujudnya tidak disedari, hilangnya tidak diendah.

Pastinya, anak akan menyimpan itu sebagai standard kehidupan. Nanti kelak itu jugalah yang diperlakukan di masa hadapan.

Kalau ada perhatian dari ibubapa, mungkin hanya perintah demi perintah, larangan demi larangan sahaja.

Justeru, sudah sampai masa kita mengubahnya, kita berhijrah.

Sedarilah bahawa, tatkala kita sedang melakukan tugasan harian di rumah, mengemas baju, memasak dan sebagainya, tatkala anak muncul, anak punyai priority yang lebih tinggi. Jangan dijadikan alasan, tengah buat kerja, basuh baju, gosok baju, jahit baju dan lainnya, kerana tatkala anak muncul, itulah kerja yang paling besar keutamaannya untuk dipenuhi.

Tunjukkan rasa seronok dan gembira kita selaku ibubapa ketika melihatnya, sewaktu pulang dari sekolah (atau sewaktu kita pulang dari kerja), melihatnya di awal pagi dan berpisah dengannya ketika waktu malam untuk tidur. Ia boleh dilakukan dengan ucapan-ucapan yang baik, atau sedikit pelukan dan sentuhan tanda mereka penting buat kita.

KESIMPULAN

Semoga dengan sedikit peringatan untuk diri ini, kita semua mampu berubah menjadi ibubapa yang berperancangan dan memperbaiki pendidikan anak-anak.

Kerana anak-anak itulah kelak bakal menjadi sama ada Imam besar, Pemimpin Negara, Ulama Besar, atau sebaliknya menjadi perompak terulung, penjenayah bersiri dan pengkorup unggul. Nauzubillah.

Perbaikilah masyarakat kita melalui kesedaran peranan ibubapa. Jenayah hakikatnya bermula dari rumah dan perlu ditangani bermula di rumah juga.

Saya TIDAK menafikan bahawa suasana persekitaran, sekoalh dan rakan juga turut memain perana dalam membentuk sikap anak-anak, namun jangan dijadikan itu semua sebagai alasan untuk kita tidak menjalankan tugas keibubapan dengan sebaiknya.

Sekian.

Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net

Monday, January 25, 2010

Sayangi ibu bapa

..."Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil." (Surah Al-Israa': Ayat 24)

Yey! Yey! PS2

"Hah! PS2!" Ternganga mulut Angah sebaik saja membuka bungkusan yang sengaja Abah tinggalkan dalam kereta dan minta Angah ambilkan. Konon2 untuk... surprise!!!

"Yey... yey...! Abah beli PS2!" Amboi... gembira sungguh mereka... bagai 'pucuk dicita ulam mendatang' kata orang tua-tua. :)

"OK, OK... seronok-seronok juga... tapi jangan lupa ucap terima kasih pada Allah sebab kalau Allah tak bagi rezeki pada Abah tentu Abah tak dapat belikan PS2 untuk Angah, Kakak dan Acik main. Lagi satu... time study kenalah study tau..." pesan mama yang memang pada mulanya berat hati bila abah suarakan hasrat abah untuk beli. Reason mantap abah untuk mama meng'OK'kan cadangan dia tu... "Takde la kita susah hati dia entah ke mana... biar kawan2 dia yang datang ke rumah kita... senang nak pantau..." Hmmm... apa-apa ajalah abah...

Kek dan PS2

"Kakak, Angah, Acik... mari sini kejap. Mama nak cakap sikit", dia memanggil ketiga-tiga anaknya. Kelakar pula rasanya dia melihat riak wajah mereka yang kelihatan sedikit resah ketika itu. Ehmm... dia rasa dia tahu kenapa… Kerana kebiasaannya kalau dah dipanggil kesemuanya begitu, tentunya ada sesuatu yang tidak kena di mata atau di telinga atau di hatinya. Walau adakalanya tidak semua antara mereka yang berbuat salah, biar semua sekali mendengar teguran agar yang lain takkan melakukan kesalahan yang sama... Bukan setakat di tempat kerja sahaja perlu ‘work smart’ malah di rumah juga perlu… tapi dengan istilah yang sedikit berbeza ‘didik smart’. Cakap sekali saja… tapi mesej sampai pada kesemuanya serentak.

“Mama panggil ni bukan sebab nak marah-marah... cuma mama nak ajak bersembang je...”, terang dia. Wah… lega bukan main nampaknya mereka.

“Kakak... katakanlah kakak nak masak kek (sebab kek memang kegemaran kakak) macam mana kakak nak pastikan kek yang kakak masak nanti tu akan jadi elok dan sedap? Berkerut-kerut muka kakak cuba mencari jawapan...

"OK... biasanya kakak akan rujuk di mana?" Dia cuba mempermudahkan.

"O... kakak tau! Kakak tengok buku resepi mama la..." Ohhh... dia memang banyak beli buku resepi cuma hasil masakannya sahaja tak muncul-muncul juga… “Aaa... lagi satu... kakak tanya orang la mama". Hmm... bagus.

"OK... Angah dan Acik pula... mula-mula Abah nak pasang PS2 dulu, ingat tak apa Abah buat dulu?" Tanya dia. "Angah tau... Angah tau... Abah baca buku panduan macam mana nak pasang PS2!" Hmm... bagus. Nampaknya dapat juga mereka menjawab ye...

"OK... kakak, kenapa kita kena rujuk pada buku resepi untuk masak? Angah dan Acik... kenapa kita kena baca buku panduan untuk pasang PS2?", tanya dia lagi.

"Sebab kita tak nak salah la ma... nanti kek yang kakak nak masak tak jadi pula", jawab si kakak. "Sebab nanti Angah dan Acik tak dapatlah main PS2 kalau salah pasang", jawab Angah pula... si Acik memang tak rajin sangat nak menjawab... tak berapa faham lagi agaknya... 6 tahun.

"OK, sekarang mama nak tanya soalan lain pula tapi ada kaitan dengan soalan tadi. Manusia lambat-laun akan meninggal dunia tak?"

"Haa... aaa... mama, macam pakcik adik mama tu kan?" balas kakak. Sedih rasanya apabila si kakak mengingatkan dia pada adik tersayang yang dah pergi terlebih dulu.

“Ya... bila sampai saja masanya... Allah akan jemput kita semua yang diciptaNya pulang pada Allah... macam arwah pakcik. Kita tak tahu bila. Boleh jadi kejap lagi..." Jawab dia mengiyakan. "Hah... kejap lagi?!" Angah sedikit terkejut. "Iyalah... boleh jadi kan... sebab tu kita kena buat baik sepanjang masa... Kalau mama 'pergi' kejap lagipun kurang-kurangnya mama baru buat satu perkara yang baik. Ingatkan anak mama supaya tak lupa Allah..." dia menyambung.

"Hmmm... kemudian apa akan jadi pada kita selepas tu?”, tanya dia lagi.

"Ustazah kata kita semua akan dibangkitkan di Padang Mahsyar, tapi tak tahu la bila... lepas tu kan ma siapa yang banyak pahala akan ke Syurga, siapa yang banyak dosa akan ke neraka", jawab si kakak lagi. Ohhh... Alhamdulillah... hasil didikan sekolah agama. Terima kasih buat guru-guru yang sama-sama membimbing.

"Kalau macam tu.... anak-anak mama pilih nak ke mana? Syurga atau Neraka...?", tanya dia lagi.

"Ishhh... nak pergi Syurga la mama... Ustazah kata di Neraka tu panas... Takut...!!!" sambung Angah bersungguh-sungguh.

“Macam mana agaknya kita nak ke Syurga tu…?, tanya dia lagi ingin menguji mereka. Masing-masing kelihatan tercari-cari jawapan. Dia cuba permudahkan kekusutan mereka.

“OK, ini kaitannya dengan soalan mama awal-awal tadi… Kalau kita nak masak kek kita akan rujuk buku resepi sebagai panduan dan kalau kita nak main PS2 kita kena rujuk buku panduan untuk cara memasangnya… Kalau nak ke Syurga juga kita dah ada panduannya… Cuba teka apa panduannya?”, tanya dia lagi.

“Al-Quran kan mama?”, Angah cuba meneka dengan Acik mengangguk-angguk. Sama bersetuju agaknya. “Betul tu… itulah sebaik-baik panduan hidup kita untuk menuju ke Syurga. Ayat-ayat Al-Quran itu datangnya dari Allah yang mencipta kita dan seluruh isi alam yang lain termasuk juga Syurga dan Neraka. Sebagaimana kita percayakan panduan membuat kek dari orang yang mencipta resepi kek tu dan kita juga percayakan panduan dari mereka yang mencipta PS2 sepatutnya juga kita yakin dan percaya pada panduan dari Allah yang mencipta diri kita ni…”, terang dia lagi panjang lebar.

“Faham ke apa yang mama cakapkan ni?”, tanya dia sekadar inginkan kepastian. Faham ma…”, jawab mereka. "OK selain Al-Quran, kita juga boleh rujuk pada hadis dan sunnah Nabi. Kita boleh contohi sikap Nabi... perbuatan Nabi... kata-kata Nabi... sebab Allah dah pesan dalam Al-Quran... selagi kita jadikan Al-Quran dan sunnah Nabi sebagai panduan hidup kita... kita tak akan sesat... supaya sampai juga kita ke Syurga nanti." Diaa cuba menerangkan.

“OK… dah… kita berhenti dulu, lain kali kita sambung lagi…” dia menutup topik buat hari itu. Dia menyimpan sepenuh harapan... agar dia dan permata hatinya itu sentiasa ingat-mengingati antara satu sama lain… Bukan apa... kerana bimbang diri yang sering teralpa.

Thursday, January 7, 2010

Berkongsi nilai...


Liu Man San dan isterinya, Doreen menggunakan pengalaman puluhan tahun sebagai pendidik untuk menyebarkan kepentingan sifat-sifat murni dalam diri seorang individu.

ADA sesuatu yang masih segar dalam minda Liu Man San. Lelaki berusia 63 tahun itu masih ingat lagi insiden seorang budak nakal di dalam salah sebuah kelasnya.

"Saya ternampak budak itu sangat senyap di satu sudut. Jadi, saya pun panggilnya ke depan. Tetapi, dengan penuh reaksi, dia berdiri dan menjerit 'APA? APA? Awak nak apa?'"

"Orang lain mungkin anggap dia biadap. Padahal budak itu sebenarnya ada kisahnya sendiri," cerita Man San kepada Kosmo! dalam satu pertemuan di ibu negara baru-baru ini.

Sebenarnya, budak lelaki itu tidak pernah mendapat 'ganjaran' yang baik setiap kali namanya dipanggil guru. Jadi, tidak hairanlah dia sentiasa berpendapat nasib malang akan terus menimpanya.

Sebaliknya, Man San menghadiahkannya seketul batu dari Australia sebagai ganjaran. Ganjaran itu sebagai menghargai kepatuhannya untuk tidak membuat bising.

Cukup terkejut dengan tindakan Man San itu, budak tersebut berkali-kali menundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih.

Insiden itu nyata sangat signifikan bagi golongan pendidik seperti Man San. Sekurang-kurangnya peristiwa itu adalah contoh terbaik yang membuktikan bahawa setiap orang anak sebenarnya memiliki sifat positif.

Berbekalkan ideologi tersebut, Man San dan isterinya, Doreen Liu telah menterjemahkan pengalaman puluhan tahun sebagai pendidik ke dalam sebuah naskhah sulung yang berjudul Footperints in the house (Footprints). Buku setebal 105 muka surat itu diharapkan menjadi satu panduan berguna untuk membantu golongan penjaga menerapkan nilai-nilai murni dalam anak atau pelajar.

Doreen, 63, yang bersara sebagai Guru Kanan Hal-Ehwal Murid, memiliki sekitar 40 tahun pengalaman dalam dunia pendidikan. Ibu kepada seorang anak itu memberitahu, golongan muda menjadi sasaran pembaca buku itu memandangkan karakter mereka lebih mudah dibentuk.


GURU boleh memainkan peranan dalam memupuk anak-anak ke arah yang baik. - Gambar hiasan

"Pengalaman bekerja dengan pelbagai badan bukan kerajaan (NGO) cukup menyedarkan kami. Kami nampak lambakan masalah sosial hari ini banyak yang berpunca daripada soal karakter atau sifat-sifat murni.

"Lagipun, sukar nak membentuk semula karakter atau pemikiran generasi lama. Sebab itulah kami ingin mulakan daripada golongan muda," jelasnya yang berasal dari Pulau Pinang.

Sebagai salah seorang jurulatih utama bagi sebuah projek yang diiktiraf oleh World Vision Malaysia, The Virtues Project, pasangan suami isteri ini ingin mengajak dunia berbuat baik. Bukan dengan hanya berkata-kata tetapi menterjemahkan konsep kebaikan kepada satu tindakan.

Tambahnya, sifat-sifat murni merupakan asas kepada sesuatu karakter seseorang. Demi membangunkan sifat-sifat murni ini, pengetahuan dan pemikiran seseorang tidak harus hanya dilihat dalam konteks sehala.

"Sebaliknya, pelbagai cabang pengetahuan sepatutnya berintegrasi menjadi satu. Sebab itulah, sebagai contoh, kebanyakan kontraktor pembinaan tidak melihat kepada aspek pemuliharaan persekitaran ketika membina bangunan.

"Apa yang lebih dipentingkan oleh mereka ialah struktur atau reka bentuk bangunan," kata Man San yang banyak terlibat dalam aktiviti-aktiviti amal.


SEMUA anak memang mempunyai sifat positif dan potensi untuk berbuat kebaikan.
- Gambar hiasan

Suka menyelitkan strategi-strategi penting dalam membentuk sifat-sifat murni menerusi programnya, dia berkata, segalanya harus bermula dari rumah.

Footprints yang mengadunkan pengetahuan dari segenap lapisan subjek. Sains, moral, sifat-sifat murni dan prinsip universal yang lain mengajak pembaca khasnya anak menghayati kandungan buku itu.

Terbahagi kepada lapan bab yang membawa pembaca kepada bahagian-bahagian rumah berbeza, Doreen berkata: "Sifat-sifat murni sememangnya satu anugerah untuk sesesuatu karakter."


DOREEN dan Man San bersama Linda Kavelin Popov (dua dari kiri) dan pengasas The Virtues Project, Dr. Don Popov.

Ruang tamu disifatkan sebagai destinasi paling menarik dalam sesebuah rumah. Sebabnya, di dalam bilik inilah pelbagai tindakan seseorang boleh mencerminkan keperibadian dan karakternya. Sebagai contoh, kunjungan tetamu atau kenalan ke rumah kita perlu disambut dengan kemesraan dan kemurahan hati.

Bagi memperkukuhkan pemahaman pembaca tentang topik yang disentuh, latihan-latihan mudah juga diselitkan. Malah, pemilihan subjek sains yang betul boleh memperkuatkan lagi ideologi tentang sesuatu sifat murni. Lebih mustahak lagi, ia mengingatkan pembaca dan mengajar anak bahawa manusia seharusnya hidup sebagai satu keluarga tanpa mengira faktor kaum, bangsa dan warna kulit atau rambut.

Memakan masa kurang sebulan untuk ditulis, Footprints tidak mungkin berjaya dicetak tanpa sumbangan murni seorang kenalan lama. Menggelarkan beliau sebagai seorang 'Samaritan' (orang baik) daripada pengeluar tilam terkemuka King Koil Malaysia, Man San berkata, semua orang mampu menyumbang kepada kehidupan yang lebih baik di dunia.

Setakat temu bual ini berlangsung, 2,500 naskhah cetakan awal buku ini telah berjaya dijual.

Golongan muda khasnya mempunyai potensi yang luas. Menggesa masyarakat mengubah persepsi yang menganggap 'orang muda hanya suka bersuka-ria', pasangan ini percaya golongan muda ibarat emas yang belum diasah.

"Mereka sebenarnya boleh capai banyak impian besar jika diberi peluang. Misalnya, ada seorang anak gadis ini. Dia pernah hadiri seminar sifat-sifat murni kami dan selepas tamat pengajian dia memberitahu, dia telah pergi ke Nepal.

"Untuk apa? Dia telah menyertai sebuah NGO sebagai tenaga pengajar di perkampungan terpencil di Nepal. Itulah antara kejayaan yang ditunjukkan apabila anak ada kesedaran dan sifat murni," cerita Man San.


BUKU Footprints mengandungi adunan pengetahuan daripada pelbagai subjek. - Gambar hiasan

Malah, pasangan dari Klang ini sendiri sudah menjadi tauladan terbaik. Doreen yang melibatkan diri dalam kegiatan NGO seawal tahun 1970-an banyak melancong bersama suami untuk tujuan-tujuan amal. Bekerja dengan kedaifan kelas-kelas yang tidak dilengkapi dengan peralatan asas adalah antaranya.

Namun, hanya selepas Forum Wanita Sedunia Pertubuhan Bangsa-bangsa Bersatu (PBB) di Beijing, China pada tahun 1995, mereka lebih serius untuk komited dalam kerja-kerja sosial.

"Kami mula mempertingkatkan keupayaan dalam aspek pembangunan wanita dan pendidikan untuk kanak-kanak serta golongan muda.

"Saya dan Man San kerap berkunjung ke luar negara untuk menghadiri kursus khas untuk perkembangan sosial. Hanya selepas itu, barulah kami mula mengadakan bengkel serta seminar tentang nilai sesebuah pendidikan," terang Doreen, ibu kepada seorang anak perempuan itu.


KANAK-KANAK merupakan golongan yang lebih mudah dididik berbanding orang dewasa. - Gambar hiasan

Antara organisasi yang pernah menerima khidmat mereka sebagai jurulatih sukarelawan termasuk HAWA, majlis perbandaran di Kota Kinabalu dan Sandakan, Sabah, Universiti Tunku Abdul Rahman (UTAR), Yayasan Bhineka di Padang, Indonesia dan kem pemulihan serenti dadah.

Bagaimana pula perancangan jangka panjang pasangan ini? Jelas Man San, dua buah buku daripada siri yang sama akan menyusul. Tetapi, mereka berharap ada individu ataupun syarikat korporat yang berminat menaja penghasilan dua buku tersebut demi kesejahteraan dunia sejagat.

Sumber: Kosmo, 8 Jan 2010.

Memaknakan hidup



Wednesday, January 6, 2010

Hamba & Khalifah

Rasa Kehambaan dan Rasa Kekhalifahan

Tugas atau peranan manusia di sisi Tuhan ada dua. Pertama, sebagai hamba Allah, dan kedua, sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Allah ada berfirman di dalam Al Quran:
Maksudnya: "Tidak Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdikan diri kepada-Ku." (Surah Az-Zariat: 56)

Mengabdikan diri di sini bermaksud memperhambakan diri iaitu membuat segala sesuatu hanya kerana Allah SWT. Mengabdikan diri ada dua bentuk.

Pertama sebagai hamba dan kedua sebagai khalifah.

Sebagai hamba, manusia perlu melaksanakan ibadah-ibadah yang berbentuk khususiah (khusus). Sebagai khalifah manusia perlu pula menunaikan ibadah-ibadah yang berbentuk umumiah (umum).

Dalam ertikata yang lain, manusia perlu menegakkan dua fardhu iaitu sebagai hamba, maka dia perlu menegakkan fardhu ain, sementara sebagai khalifah pula dia perlu menegakkan fardhu kifayah. Allah ada juga berfirman:
Maksudnya: "Akan ditimpa kehinaan di mana sahaja kamu berada melainkan kamu menegakkan dua hubungan iaitu hubungan dengan Allah (hablumminallah) dan hubungan sesama manusia (hablumminannas) ." (Surah Ali Imran: 112)

Menegakkan hubungan dengan Allah itu ialah peranan hamba dan menegakkan hubungan sesama manusia itu ialah peranan khalifah.



Boleh juga dikatakan bahawa sebagai hamba, manusia perlu menegakkan tamadun rohaniah dan sebagai khalifah, manusia perlu menegakkan tamadun lahiriah.

Dalam hendak menjadi hamba dan khalifah Allah ini, manusia terbahagi kepada berbagai tahap dan kategori, iaitu:

• Ada manusia yang langsung tidak tahu dan tidak sedar bahawa mereka itu adalah hamba dan khalifah Tuhan. Golongan ini ialah golongan kafir terutama golongan komunis yang menolak terus akan kewujudan Tuhan. Mereka berbuat apa sahaja yang mereka suka di muka bumi ini dan mereka menggantikan tempat Tuhan dengan nafsu mereka sendiri.

Allah berfirman di dalam Al Quran:
Maksudnya: "Tidakkah engkau lihat mereka yang mengangkat nafsu mereka sebagai Tuhan mereka." (Surah Jatsiah: 23)

• Ada golongan manusia yang tahu mereka adalah hamba dan juga khalifah Allah. Akan tetapi mereka hanya setakat tahu dan tidak lebih dari itu. Ilmu mereka tentang itu hanya bersemadi di akal fikiran mereka sahaja. Oleh yang demikian, mereka tidak ada kekuatan dan mereka cuai untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawab mereka sebagai hamba dan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Mereka adalah golongan awamul muslimin atau orang Islam biasa.

• Golongan yang seterusnya ialah manusia yang bukan sahaja setakat tahu tapi sudah mampu merasakan bahawa mereka itu hamba Allah sekaligus khalifah Allah di muka bumi ini. Disebabkan perkara tersebut telah meresap ke hati dan dapat dirasakan, maka golongan ini ada kekuatan dan lebih komited. Namun demikian kekuatan rasa-rasa ini berbeza-beza. Ada golongan yang rasa kehambaan dan kekhalifahan mereka itu biasa atau sederhana sahaja. Dengan itu mereka sedikit sebanyak dapat memperhambakan diri kepada Allah dan dapat pula bertanggungjawab sebagai khalifah Allah sesuai dengan kedudukan dan kemampuan mereka masing-masing. Inilah orang-orang soleh atau golongan Ashabul Yamin (golongan kanan).

• Ada golongan yang rasa kehambaan dan rasa kekhalifahan mereka lebih dalam dan lebih tajam. Justeru itu mereka lebih kuat dan lebih komited. Peranan mereka sebagai hamba dan sebagai khalifah juga lebih besar dan lebih hebat kalau dibandingkan dengan orang-orang soleh. Mereka ini ialah orang-orang Muqarrobin (orang-orang yang hampir dengan Allah).

• Ada pula golongan yang tenggelam dalam rasa kehambaan dan rasa kekhalifahan mereka. Tidak ada lagi kepentingan yang lain bagi orang yang seperti ini melainkan Allah semata- mata. Inilah golongan As-Siddiqin (yang benar).

• Dalam pada itu ada pula golongan manusia yang rasa kehambaan dan rasa kekhalifahan mereka tidak seimbang. Ada yang rasa kehambaan mereka lebih menonjol. Dengan demikian mereka banyak terdorong untuk beribadah, berwirid, berzikir, bertasbih, membaca Al Quran dan sebagainya. Peranan mereka sebagai khalifah kurang. Mereka ini ahli-ahli ibadah atau golongan abid.

• Ada pula manusia yang rasa kekhalifahan mereka pula lebih menonjol. Mereka ini banyak terdorong untuk membuat kerja-kerja kemasyarakatan dan kepimpinan selaras dengan syariat Tuhan. Ibadah mereka sederhana sahaja. Mereka ini golongan pemimpin yang baik.

Marilah kita sama-sama memupuk dan menajamkan rasa kehambaan dan rasa kekhalifahan ini kerana rasa-rasa inilah yang menjadi kekuatan bagi kita untuk melaksanakan peranan kita sebagai hamba dan sekaligus sebagai khalifah Allah. Setakat mana rasa-rasa ini dapat ditajamkan, maka setakat itulah dapat kita berperanan. Di dalam konteks yang sama, setakat mana kita dapat berperanan sebagai hamba dan sebagai khalifah, ia menjadi kayu ukur setakat mana sebenarnya tahap rasa kehambaan dan rasa kekhalifahan yang ada di dalam hati kita.

Sumber: Cikgu*Net

Tuesday, January 5, 2010

Resolusi 1431H

Dah beberapa hari berlalu tahun baru 1431H... tapi rasanya tiada istilah 'terlambat' untuk berubah ke arah kebaikan, ye dak? Ehmmm... asalkan selagi belum sampai ajal... tapi ajal tak tahu bila, jalan terbaik sentiasa bersedia membawa seberapa banyak amalan yang baik untuk bekalan.

Apa-apapun... selamat berjaya ya diri sendiri! :)

Monday, January 4, 2010

Pengisian hidup yang berfaedah

MEMBANTU mereka yang memerlukan tanpa mengharapkan balasan adalah sesuatu yang mulia bukan sahaja di sisi agama tetapi juga masyarakat.

Namun, berapa ramaikah yang sanggup mengorbankan masa dan tenaga untuk tugas sukarela seperti ini.

Bagi Harlina Zainudin, 37, dia sudah bergiat aktif dalam bidang sukarelawan sejak menetap di Amerika Syarikat (AS) lagi. Dia merantau ke negara Uncle Sam selama lima tahun bermula 1996 untuk untuk mencuba nasib di tempat orang.

"Di sana, saya berkawan dengan semua orang. Bermula dengan satu pertolongan kepada seorang rakan, saya dikenali sebagai sukarelawan yang membantu mereka dalam kesusahan.

"Saya turut memberi bantuan kepada orang Malaysia yang dihalau oleh tuan rumah. Mereka tinggal dengan saya sehingga mendapat rumah baru," katanya.

Kini ibu beranak satu ini menyertai Pertubuhan Misi Bantuan Kemanusiaan Selangor (Pantas). Pantas adalah sebuah organisasi di bawah kerajaan negeri yang menyalurkan bantuan kepada mangsa bencana alam dan sebagainya.

Walaupun baru menyertai Pantas, Harlina berkata, dia kini lebih dekat dengan aktiviti digemarinya sejak dulu iaitu mendampingi mereka yang memerlukan.

Harlina merupakan sukarelawan sepenuh masa. Biarpun baru setahun dengan pertubuhan itu, dia sudah mempunyai dua pengalaman membantu mangsa bencana iaitu tanah runtuh Bukit Antarabangsa, Ampang dan juga gempa bumi di Padang, Indonesia.

Kata Harlina, misi bantuan yang disertai benar-benar mengajarnya erti kehidupan dan juga kebesaran Tuhan.

"Kami berada di sana (Padang) sejak hari pertama. Saya membantu mangsa-mangsa memunggah barangan dari rumah mereka ke kawasan yang lebih selamat.

"Bila tengok kesusahan orang lain, secara tidak langsung kita dapat merasai bebanan yang mereka tanggung. Ketika itu tidak terfikir langsung mengenai darjat dan pangkat. Apa yang perlu ialah cuba memberi mereka bantuan dan keselesaan," katanya.

Kesempatan menemui mangsa gempa bumi memberi kesedaran kepada Harlina betapa beruntungnya tinggal di Malaysia

Bersyukur

Selain dapat melakukan aktiviti kemanusiaan, penglibatannya dalam sukarelawan juga memberinya peluang melihat negara orang.

Ketika berada di Padang, Indonesia, Harlina memberitahu, dia berasa begitu insaf dan bersyukur kerana berada di Malaysia yang bebas daripada sebarang bencana dan pergolakan.

Dia bersama ahli Pantas yang lain pergi ke Kampung Tangah, Pariaman yang merupakan salah sebuah kampung yang terjejas teruk ekoran benca gempa bumi yang berlaku pada 30 September lalu.

Gempa menggongcang Padang pada 5.16 petang berpusat di kilometer 57, barat laut Pariaman, disusuli gempa bumi kedua 6.2 skala Richter pada 5.38 petang berpusat di kilometer 22 ke barat laut Pariaman.

Di sana mereka mendirikan khemah sementara kepada keluarga yang hilang tempat tinggal dan juga menggali 'sumur bor' iaitu telaga pam air untuk sumber air bersih.

Walaupun terdapat 'persengketaan' yang sebelum ini diuar-uarkan oleh sesetengah media, Haslina memberitahu, dia tidak melihat keadaan seperti itu sepanjang berada di sana.

Kedatangan sukarelawan dari Malaysia disambut dengan penuh mesra dan ada juga yang menitis air mata ketika menerima bantuan.

Harlina mengajak belia di luar sana agar menceburi bidang sukarelawan. Daripada melakukan aktiviti tidak berfaedah, boleh beramal dengan bantuan yang diberikan.

Kepada mereka yang berminat boleh menghubungi Harlina di talian 0193890858 atau Yoges di 0122010502.

Sumber: Kosmo, 5 Jan 2010.